Foto saya
Benteng, Sulawesi selatan, Indonesia
KIPAS Bulo Batti' ( Komunitas Pencinta Alam dan Seni Budaya Selayar )

Selasa, 20 Agustus 2013

Jejak Dato Ribandang di kampung Gantarang

tangga menuju kapung gantarang lalang bata
Selayar, daerah yang sering dijuluki dengan sebutan Bumi Tanadoang ini merupakan satu kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi-Selatan yang sarat dengan nilai-nilai sejarah masa lampau. Salah satunya adalah keberadaan Masjid Tua Gantarang atau Masjid Tua Awaluddin.


Gantarang adalah salah satu titik tertinggi di kepulauan Selayar, berada diatas ketinggian 300 – 500 MDPL, daerah ini sangat sejuk, kabut dan gerimis selalu menyelimuti hampir sepanjang waktu di sebagian besar kawasan Gantarang. Dari tempat ini kita bisa menyaksikan kota Benteng ibukota kabupaten Selayar, pulau Pasi dan pulau Gusung. Untuk sampai ke Gantarang, dapat ditempuh dengan perjalanan darat sejauh kira-kira 12 KM dari kota benteng ke arah timur. Namun saat ini akses jalan sekitar 2 KM harus ditempuh dengan kendaraan roda dua atau berjalan kaki karena kondisi jalan yang terjal dan sempit.

Sampai di dusun Gantarang anda akan disambut oleh pemuka adat yang menunggu di depan sebuah tangga yang akan mengantar untuk memasuki dusun Gantarang Lalangbata. Setelah melewati anak tangga, anda akan dituntun untuk melakukan prosesi “penghormatan kepada tuan rumah”, tepat di ujung anak tangga paling atas ada sebuah batu besar yang dipercaya sebagai gerbang kampung Lalangbata. Sebelum memasuki kawasan kampung Lalangbata disarankan untuk mencium batu tersebut sebagai bentuk penghormatan tamu kepada tuan rumah.

Dusun Gantarang lalangbata adalah sebuah perkampungan yang dihuni sekitar 40 kepala keluarga, sebuah perkampungan yang bersahaja dengan penduduknya yang ramah. Terletak di Desa Bontomarannu, KecamatanBontomanai. Mengapa disebut “Lalangbata” (baca: di dalam pagar)? Karena kampung ini memang dikelilingi oleh pagar yang dibuat dari susunan batu-batu gunung tanpa perekat. Tepat ditengah-tengah kampung tampak sebuah bangunan yang sangat menonjol, Masjid Tua Awaluddin yang diyakini sebagai masjid tertua di Sulawesi-Selatan masih berdiri kokoh. Masjid tersebut dibangun pada masa pemerintahan Raja I Pangali Sultan Patta Raja pada abad XVI M.
Penetapan Masjid Tua Awaluddin Gantarang Lalangbata sebagai Masjid tertua di Sulawesi-Selatan disimpulkan melalui rekomendasi Forum Seminar sejarah penyebarluasan ajaran Syariat Agama Islam di Provinsi Sulawesi-Selatan yang diselenggarakan pada bulan November tahun 2011 saat pelaksanaan Peringatan Hari Jadi Kabupaten Selayar ke 406. Forum seminar tersebut dihadiri oleh sejumlah pakar sejarah dari Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar dan Universitas Hasanuddin. Berawal dari penyelenggaraan seminar tersebut sejumlah akademisi dan peneliti sejarah dari kedua universitas (UIN dan UNHAS) menyatakan ketertarikan untuk melakukan kegiatan penelitian tentang sejarah keberadaan Masjid Tua Awaluddin Gantarang Lalangbata.
Menurut beberapa sumber yang kami mintai keterangan tentang sejarah Masjid Tua Awaluddin ini menyatakan bahwa penyebarluasan ajaran Agama Islam pertama di daratan Provinsi Sulawesi-Selatan berawal dari titah raja Arab dan Khalifahnya di Mekah kepadaDatu Ribandang untuk berangkat dan menyebarluaskan Ajaran Agama Islam di Maluku dan Buton. Setelah mengislamkan raja Maluku dan Buton, dalam perjalanannya menuju kerajaan Gowa, Sulawesi-Selatan, Datu Ribandang singgah untuk pertama kali di pulau Selayar dengan melintasi jalur pantai Babaere’ dan masuk ke kampung Gantarang Lalangbata melalui pintu gerbang Sele’. Di kampung Gantarang Lalangbata Datu Ribandang pertama kali mengislamkan masyarakat bernama I Puso. I Puso adalah orang pertama yang ditemui Datu Ribandang ketika sedang memancing ikan di pantai teluk kecilNgapalohe, kemudian disusul Karaeng Gantarang I Pangali Sultan Patta Raja. Setelah mengislamkan I Pangali Sultan Patta Raja kembali melanjutkan perjalanan menuju Gowa untuk mengislamkan Raja Gowa pada tahun 1605 M. Dari uraian sejarah tersebut maka sejumlah pakar sejarah menyepakati bahwa kerajaan Gantarang, lebih awal menerima masuknya ajaran syariat Agama Islam dari pada kerajaan Gowa.
Saat ini perkampungan Gantarang Lalangbata resmi terdaftar sebagai salah satu kawasan cagar budaya unggulan yang terdapat di daratan Bumi Tanadoang, Selayar. Panorama alam di sekitar kampung Gantarang pun tak kalah serunya. Terdapat 3 teluk kecil yang menjorok ke daratan, salah satunya adalah teluk Ngapalohe yang terletak di utara Gantarang. Pantainya yang landai dengan pasir putih yang bersih serta deburan ombak yang tenang menjadikan kawasan ini sebagai “surga” bagi anda penikmat alam. Masih di utara kampung Gantarang, terdapat sebuah laguna kecil yang disebut Tarrusang, dengan celah batu sempit yang menghubungkan laguna dengan laut. Sementara di selatan terdapat 2 teluk kecil yaitu teluk Babaere’ dan teluk Labuang bajo.
Selain itu, di kawasan kampung Gantarang juga terdapat beberapa situs sejarah sepertiBatu Karaeng yang terletak di halaman Masjid Tua Awaluddin. Batu karaeng adalah tempat pelantikan Raja-Raja Gantarang. Terdapat juga sebuah meriam kecil dengan panjang sekitar 2 meter, namanya meriam Latto’. Di sisi sebelah timur kampung Gantarang terdapat sebuah liang batu yang disebut Pakkojokang, ada kepercayaan warga setempat bahwa bila seseorang memasukkan lengan ke Pakkojokang ini (Majjoko) dan lengan terasa ditarik maka konon ajal orang tersebut sudah dekat. Konon lubang Pakkojokang ini tak pernah terisi/menampung air meskipun musim hujan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar